Pages

Kamis, 22 Oktober 2015

Sepatah Pengantar


Seperti menarik benang merah, menelusuri satu per-satu jalan yang pernah ditapaki, pun sampai hari ini kita masih akan terus belajar memahami alasan-alasan di balik keberuntungan kita yang saling menemukan, atau skenario tuhan yang bekerja dengan sangat indahnya.
kita saling membiarkan satu-sama lain untuk masuk dan menjadi bagian penting, kita saling mempersilahkan satu-sama lain untuk tinggal dan bertahan dengan segala perbedaan, menikmati segala kesamaan, hingga memperjuangkan ketiadaan.

ini bukan lagi tentang kerabat lintas usia, bukan lagi tentang menyamakan ide dan pemikiran, ini tentang kesederhanaan penerimaan, aku yang menerima kita dalam setiap keadaan, dan kita yang saling menerima dalam setiap kemungkinan perbedaan. karena kita terlahir untuk mengabdi di satu negri, dengan ideologi dan dasar pemikiran yang terlanjur sama, iya kita terlanjur sama dalam kebersamaan untuk memusingkan celah perbedaan, dan aku akan selalu bangga mengutarakan betapa aku bangga jadi bagian dari perjalanan ini.






Trip to Kerinci, dari CPNS 2014, semoga semakin solid.

Rabu, 21 Oktober 2015

Trip To Kerinci (Prolog)

         My Trip My Adventure,kadang terdengar klise dan mengundang komentar negatif, karena tidak sedikit kawula yang mengatasnamakan petualangan sebagai judul fiktif dari gaya-gayaan, namun pada dasarnya apapun itu alasan di balik semuanya tetap saja sebuah petualangan memiliki begitu banyak cerita di setiap sisinya, begitu banyak kisah yang tidak ada habisnya untuk terus di kisahkan kembali. namun, alih-alih menggunakan istilah yang sama, aku lebih suka menyebutnya dengan istilah sendiri, entah karena ingin terdengar lebih original, atau memang menolak cibiran dan pandangan sebelah mata dari sebagian yang tidak dapat memahami makna "kita tidak menjalani apa yang orang jalani" sehingga aku memutuskan untuk menyebutnya 'My Move My Destination'!

       Cerita ini dimulai dengan alur yang serba dadakan, sebuah perjalanan instant yang menyisakan kenangan yang mungkin saja bisa lekang atau usang, namun tidak akan terkikis habis, karena kenangan usang akan selalu menjadi tempat yang nyaman untuk kembali, sekedar dikunjungi atau singgah sejenak untuk melepas penat hari ini.

13 Oktober 2015
Selasa pagi, semua mulai sibuk dengan rutinitas masing-masing, perihal kerja atau juga seputaran acara pameran, mtq provinsi, begitu juga aku. Sibuk, atau tepatnya menyibukkan diri menyusun rencana tentang apa yang akan dilakukan hari ini dan apa yang mungkin bisa dilakukan esok hari, tanggal merah yang tidak bisa dipungkiri selalu jadi sesuatu yang sangat di nanti-nanti. Tapi, bagaimana mungkin hari libur bisa menghibur jika nantinya aku tidak tau harus melakukan apa-apa. Rencana semula, nge-trip ke geopark bangko-merangin, tapi kemungkinan besar akan batal ikut serta karena gak ada sindongdong nggak rame, karena dongdong sendirian itu nggak enak. So, keputusan sudah hampir bulat, hari libur besok bakal diisi dengan menekuni hobby lama, tidur. Kegalauan tentang liburan masih berlanjut sampai siang, dan sampai tak lagi siang. 
Selasa malam, HP tiba-tiba bunyi, yak ada telepon dari abang sebut saja kepala suku, masih kelanjutan perihal liburan yang keputusannya masih setengah bulat, singkat cerita aku yang (kata sinta) dongdong cuma bisa ngeliat bengong ke sinta dongdong yang juga nggak mau kalah bengongnya ketika kepala suku dan wakil2nya mencetuskan "oke, tripnya kita ganti jadi ke kerinci, packing sekarang jam 10 kita berangkat" . kepala suku dan rombongan pulang dari tempat pertemuan, menyisakan aku dan sindongdong yang masih setengah sadar akan keputusan yang tadinya setengah bulat sekarang mendadak sudah menjadi keputusan yang bulat, sekitar 2 jam dari sekarang kami akan nge-trip ke kota yang dulunya pernah aku datangi ketika aku masih balita (bawah lima tahun) dan malam ini mungkin akan kembali aku kunjungi ketika aku sudah balita (bawah lima puluh tahun). Tapi dibalik ke-speechless-an sebenarnya ada ke-excited-an yang terpendam, yeaaay Kerinci, siapa yang tidak tau alam kerinci dengan segala pesona alamnya yang saaaaaaaaangaaaaat ruar bisa. 
ini alur yang instant liburan dadakan, perjalanan singkat namun tidak pernah menjadi sederhana, karena cerita baru akan di mulai...


to be continued..

Rabu, 07 Oktober 2015

Kita seharusnya malu (2)



aku, manusia kardus
hidup di kolong jembatan
mengais makan di jalanan

aku, bocah kecil tak berbaju
dengan kulit kusam dan rangka yang menonjol keluar
berlarian sepanjang hari demi sesuap nasi

aku, yang mereka sebut lansia
hanya bisa duduk dan menengadahkan tangan
bertahan hidup dari rasa iba

aku, adalah wujud dari merdeka yang terjual propaganda
aku, adalah wujud dari kekayaan negara yang kian binasa
aku, adalah wujud dari birokrasi yang seakan lupa untuk perduli
aku, adalah wajah dari negri ini yang mulai kehilangan simpati, empati, dan nurani...


i owe the picture from this

Kita seharusnya malu



duduk dengan mata terpejam dan tangan memeluk lutut
di sudut jalanan ia meringkuk menggigil kedinginan
melawan udara malam, melawan kejamnya tragedi kehidupan
ia hanya seorang gadis kecil tak bernama
dengan pakaian lusuh dan tulang yang menyembul
ia hanyalah bukti nyata
bahwa manusia tak lagi seutuhnya manusia
ketika dunia membuat sebagian kita terlena
lalu buta.. ia bukan sekedar gadis tak bernama
ia anak manusia, yang membutuhkan kita, yang membutuhkan cinta...



i owe the picture from this

Senin, 05 Oktober 2015

Parasit Ekspektasi



Barangkali aku terlambat memutuskan sehingga terkesan lambat memahami
bahwa seharusnya aku tau cara membunuh ekspektasi
memangkas habis harapan yang tumbuh tidak pada tempatnya
maka dengan begitu aku tidak perlu menelan kecewa
berkali kali menenggak janji, meracuni hati
menggerogoti diri berendam dalam luka yang dengan sengaja kubiarkan ada...

jika sudah begitu siapa yang patut disalahkan
jika pada kenyataannya aku sendiri yang memilih menggantungkan mimpi
pada sosok yang bukan aku, pada makhluk yang bukan tuhan
pada insan dengan kerapuhan yang sama...


-kita menggantungkan mimpi pada tangan yang tak mampu menggenggam dalam abadi, terlena dan lupa jika sesungguhnya hanya ada tuhan dan diri sendiri yang pada akhirnya tinggal dan menyertai hingga ke ujung jalan...

i owe the image from this

Kamis, 01 Oktober 2015

Kesaktian Pancasila



Bagaimana jadinya jika saja kita terlahir di masa yang berbeda
hidup di kehidupan ketika garuda bukanlah sekedar burung besi
dan berjalan di tengah gemuruh "Merdeka atau Mati"
mungkin saja kita bisa sedikit lebih memahami
apa makna sesungguhnya dari kata REVOLUSI...

Hari ini, 50 tahun yang lalu
Ada jiwa  yang hidup di masa seperti itu
yang memaknai Merdeka dengan sepenuh hati
dan mati demi revolusi

Kita memang tidak hidup di masa perjuangan kemerdekaan bangsa
Tapi bukan berarti kita bisa diam dan terlena
Terbuai dengan kata merdeka yang terbaca dalam aksara
Lalu terlambat menyadari
Pancasila mulai kehilangan kesaktiannya.....




-Sejenak menundukkan kepala, menerawang, menyusuri kembali jejak langkah , sisa yang tertinggal dari pergerakan para pahlawan memberantas komunis,PKI. Alangkah lucunya negriku ketika tanpa kita sadari sesungguhnya yang kita warisi dari generasi sebelumnya hanyalah udara untuk bernafas, karena tanah ini yang kau pijak bukan milikmu dulu, tidak juga nanti. Lalu apa yang mendasari pikiranmu untuk beranggapan kau berhak menggadaikan tanah air indonesia demi kebijakan yang tidak begitu jelas dimana letak kebijakannya.
-kau boleh berpikir tentang apapun dan siapapun ketika membaca tulisan ini, sama halnya seperti aku yang bebas memikirkan tentang apa dan siapa ketika menuliskannya.
-tidak harus sama, karena tidak ada yang bisa dibenarkan, dan membenarkan, karena perlahan kita telah membiarkan pancasila kehilangan kesaktiannya.