Pages

Selasa, 14 Februari 2012

Snowfall (chapter 2)


Akhirnya aku kembali ke kota ini, Seoul. Lima tahun telah berlalu, lima tahun yang sangat ku sesali dalam hidupku. Sebenarnya aku tidak hanya ingin kembali ke kota ini, aku juga sangat ingin kembali ke waktu lima tahun sebelum hari ini. Memperbaiki kesalahan yang tidak seharusnya ku lakukan, menemukan kembali seseorang yang bisa mengisi ke kosonganku.

Aku menemukan begitu banyak perubahan yang terjadi, bahkan kota ini, seolah tidak lagi aku kenali. Dulu di tempatku berdiri saat ini aku bisa melihat taman-taman yang sangat indah dengan kelap-kelip lampu warna warni, namun sekarang aku berdiri sambil menatap gedung-gedung perkantoran yang menjulang, poster-poster Hallyu Star dengan berbagai ukuran di sepanjang toko-toko kecil yang berjejalan, yang tersisa hanyalah bangku taman dan beberapa batang pohon untuk meneduhi pejalan kaki di sepanjang trotoar.

Aku menatap ufuk timur, matahari mulai turun kembali ke peraduannya, semilir angin senja meniup lembut sisa-sisa daun yang berguguran. Entah kenapa, kali ini aku ingin bertahan lebih lama menyusuri trotoar kota ini, meskipun dingin mulai menusuk. Tapi dingin ini tidak ingin ku indahkan, satu-satunya yang aku pedulikan saat ini hanyalah tekad dan keinginanku untuk menemukannya kembali.

Malam yang semakin dingin seolah menggodaku untuk segera pulang, tapi tidak, aku sudah bertekad untuk menemukannya hari ini, aku juga tidak tau mengapa kali ini aku merasakan tekad yang luar biasa, mungkinkah ini pertanda langkahku sudah semakin dekat dengan keberadaannya? Aku hanya bisa berharap.

Dari tadi aku berjalan menyusuri trotoar tanpa tau arah, ketika aku sadari ternyata aku telah berdiri di sebuah taman kota, aku tersenyum, setidaknya masih ada taman dengan pohon-pohon rindang yang tersisa di kota ini. Dari tempatku berdiri aku bisa melihat dengan jelas orang-orang yang berlalu lalang di seberang jalan sana, ada seorang kakek tua yang berjalan bergandengan dengan seorang remaja cantik mungkin cucunya, ada juga sepasang laki-laki dan perempuan sebaya mereka terlihat begitu serasi, ah andai saja aku masih bersamanya mungkin kami juga akan terlihat serasi seperti mereka, bukan mungkin tapi pasti, yah kami pasti akan terlihat sangat serasi, aku tersenyum sebelum menghela nafas panjang. Aku berniat pulang dan menyerah pada takdirku, mungkin memang aku dan dia tidak berjodoh di kehidupan ini, dalam hati aku meminta dengan sangat kepada tuhan, semoga di kehidupan yang akan datang, aku dan dia bisa bersama.

Tepat di saat aku hendak memutar langkah pulang, saat itulah aku melihat sosok itu. Seseorang yang berjalan dengan tertunduk, aku tercekat, benarkah itu dia? Aku terdiam di bawah sebuah lampu taman menatap sosok perempuan yang kini berdiri tepat di seberang jalan di depanku. Aku menatap sosok itu dengan perasaan yang sangat sulit untuk ku ucapkan, kebahagiaan yang meluap, aku melambaikan tangan ke arahnya, berharap dia akan melihat keberadaanku. Aku bergegas menyeberangi jalan, menuju sosok tersebut.

Benar, memang dirinya, aku tidak salah lagi, meskipun lima tahun telah berlalu tetapi aku tidak akan pernah melupakan setiap detail dirinya. Bola matanya yang bening, bulu mata yang lentik, rambut hitamnya, semuanya, tidak satupun yang hilang dari ingatanku. Ingin rasanya aku berlari dan memeluk perempuan yang sekarang berdiri di hadapanku. Kami hanya di pisahkan oleh jarak sekitar 50 cm, aku bisa melihat dengan jelas wajahnya, wajah perempuan yang sangat aku rindukan. Aku sangat ingin memeluknya, menumpahkan semua perasaan yang bergejolak, tapi yang keluar dari mulutku hanyalah pertanyaan klise, seperti sahabat lama yang tidak sengaja bertemu. Ah, aku sebenarnya takut, dia akan berpikir bahwa aku telah melupakannya.

“Ternyata aku tidak salah lihat, Ri yoong-ya, lama tidak bertemu, tapi kau masih terlihat sama. Bagaimana kabarmu?”
Aku memang bodoh, sebenarnya yang ingin ku katakan adalah ‘ Ri yoong-ya, akhirnya aku menemukanmu’ tapi yang keluar hanyalah ‘lama tidak bertemu’ pernyataan yang sangat bodoh, aku kembali memaki diriku sendiri. Tapi jujur, dia memang masih terlihat sama, sama seperti dulu, selalu terlihat cantik di mataku.

“Jung Min oppa....” Aku menangkap nada kaget dalam caranya berbicara, bahkan dia masih terdiam kaget menatap ke arahku, aku hanya bisa tersenyum dan terus menatapnya, meskipun gejolak perasaanku kian memberontak, tapi aku terlalu pengecut untuk memeluk perempuan ini, aku terlalu pengecut. Untuk beberapa saat kami saling menatap dalam diam, hingga aku merasakan benda putih yang jatuh di telapak tanganku, cair, dingin, ini salju. Salju ini...

Seingatku, ini salju pertama yang turun di musim ini, entah kenapa aku merasa damai, seolah salju ini memberikan kesejukan yang menumbuhkan kembali tunas perasaanku padanya, Ri yoong, aku berharap kamu masih mencintaiku, agar cinta kita abadi. Aku bahagia, menikmati salju pertama musim ini, bersama dengan perempuan yang teramat ku cintai. Aku membersihkan salju yang menempel di rambutnya, ah, aku selalu ingin kembali merasakan perasaan seperti ini.

“Ri yoong-yaa, bukankah ini salju pertama yang turun di musim ini?”

“Ne.......”

Ini memang salju pertama musim ini, Ri yoong. Aku berharap waktu lima tahun yang telah terlewati tidak akan mengikis habis perasaanmu padaku. Ri yoong, apakah kau masih mencintaiku? Ah, aku hanya bisa berharap. Aku mendongak ke langit, melihat butir-butir salju yang mulai turun, sambil diam-diam menatap ke arahnya. Ri yoong-ya, aku sangat berharap kau masih menyisakan perasaanmu padaku.

4 komentar:

Adeliany Azfar mengatakan...

Nice, tapi rada mirip sama yg chapter 1 gag, ren? ^^

tychaby26 ngoceh [!] mengatakan...

HIIHII....
bacaaaa aahhhh :)

hiiihiii ^.^

gradasi senja mengatakan...

hihii, iya dekenol, jgan lupa kasih masukan yak. Okok. oya, mau dong baca nvel dekenol. ^^

gradasi senja mengatakan...

iya del, emang di bkin mirip gitu, omongannya sama, chapter 1 itu dri sudut pandang si cewek, nah chapter 2nya dri sdut pndang si cowok, ganti2an terus, gitu. oyaaa. makasssiiii bget, udh baca dan ngasih masukan di tunggu lgi ya. ^^,